Tina adalah sosok wanita yang dulu pernah singgah dihatiku dan menghiasi kehidupan Sex ku. Aku dan Tina mempunyai kesamaan yaitu suka dengan gaya Sex bebas, hingga kmai sering melakukan dimana saja kami ingin melakukan sensasi Sex.
Hingga akhirnya kami tak dapat dipersatukan karena orang tua Tina menjodohkannya dengan laki-laki pilihan orang tuanya. Dan Tina pun pasrah dengan keputusan orang tuanya. Dan kemudian aku pun menikah dengan wanita yang sebenarnya tidak aku cintai karena didalam hatiku hanya ada Tina seorang. Hingga aku berpikiran kalau suatu saat aku pasti bisa kembali lagi dengan Tina.
Dan benar 2 tahun aku menikah hubungan keluargaku berjalan tidak harmonis, aku dan istriku sering ributkarena masalah masalah sepele, hingga akhirnya akupun bercerai dengan istriku karena aku sudah tidak tahan dengan keadaan waktu itu. dikeadaanku yang kurang menyenangkan itu, tiba-tiba Tina datang dikehidupanku.
Tina datang disaat waktu yang tepat, dan ternyata Tina menghubungiku dan megajaku untuk bertemu karena dia ingin bercerita tentang kehidupannya yang juga tidak harmonis. Dan akupun bercerita kepada Tina kalau aku sudah bercerai dengan istriku.
Dan setelah pertemuan itu suatu siang Tina pun menghubungiku untuk kekantornya. Dan tanpa menunggu lama, Meluncurlah aku kekantornya di sebuah building di jalan utama ibu kota. Karena hari itu hari sabtu, praktis sebagian besar kantor tutup. Demikian juga di lantai tempat kantor Tina, hanya kantornya yang buka, itupun sudah tidak ada karyawan piket karena memang cuma setengah hari.
Karenanya, Tina sendiri yang membukakan pintu dan menyambutku dengan penuh semangat. Akupun demikian, walaupun sempat terpana sebelumnya melihat dirinya yang semakin cantik, sensual dan sexy, apalagi dengan penampilannya siang itu yang mengenakan fortuner putih, rok mini ketat dan sepatu tinggi hingga menampakkan kejenjangan kakinya serta kemulusan kulitnya yang mulus, walaupun tubuhnya tetap tidak berubah, yaitu mungil dan ramping.
“Aku selesai’in kerjaanku dulu ya., abis itu baru kita jalan..”, Kata Tina sambil mengajakku ke mejanya setelah kita ngobrol-ngobrol di ruang tamu.
Tina lalu duduk di kursinya sambil menyelesaikan pekerjaan di komputernya.
“Aku pijetin yah..,” Kataku sambil berdiri di belakang kursinya berbarengan dengan mampirnya kedua tanganku di pundaknya untuk memijat.
“Hmm.., enaknya.., udah lama ya kamu nggak mijet aku.., aku kangen sama tanganmu..,” katanya lagi sambil
menggeliat manja.
“Kangen sama bibirku juga nggak?,” bisikku kemudian yang kubarengi dengan ciumanku di kupingnya.
“Ssshh.., kamu nggak berubah yah..,” Rintih Tina kenikmatan sambil mematikan computernya.
“Kaya’nya kita nggak perlu keluar dari sini deh.., sebentar ya, aku kunci dulu pintu depannya,” katanya lagi.
Agak lama Tina mengunci pintu depan, dan waktu balik ke ruang kerjanya, mataku terbelalak melihat Tina hanya tinggal mengenakan blazer merahnya yang terkancing seadanya tanpa apa-apa lagi di dalamnya. Tanpa bicara, Tina langsung menggandengku menuju ruang meeting kecil yang hanya berisi meja bulat dan beberapa kursi.
“Aku kangen melihat tubuhmu,” katanya lagi.
Sementara aku buka pakaianku semua, Tina mendekatiku dan tiba-tiba melumat bibirku yang langsung kusambut dengan meneroboskan lidahku dan menari-nari di dalam mulutnya sambil kadang-kadang mengulum lidahnya.
Begitu aku bugil total, Tina meyuruhku duduk di kursi meeting, sementara dia ambil posisi berdiri dihadapanku sambil pelan-pelan membuka kancing blazernya dengan gaya erotis. Setelah itu, disingkapnya masing-masing ke samping sehingga muncullah pemandangan yang amat indah. Buah dadanya yang ranum, bulat,
dan padat dengan pentilnya yang merah muda itu nampak mencuat menantang, apalagi dengan tubuhnya yang makin basah oleh keringat sehingga kulitnya yang mulus makin berkilat. Belum lagi aku terkagum-kagum melihatnya, Tina langsung duduk dipangkuanku dengan mengangkangkan pahanya bertumpu di pegangan tangan kursiku sehingga posisi buah dadanya tepat persis di mukaku.
“Udah lama kamu nggak menyantap susuku, ayo dong isep”, Goda Tina sambil meneruskan melepas blazernya dan menaruh kedua tangannya ke atas senderan kursiku dan menyodorkan dadanya hingga kepalaku terbenam di antara dua bukitnya yang kenyal itu.
Penisku mulai berdiri lagi dengan perlakuannya ini, apalagi aku bebas menghirup aroma tubunya yang bercampur antara parfum dan keringatnya itu. Muncul ideku untuk bermain-main dulu dengan menciumi lehernya yang jenjang dan terus ke belakang telinganya. Tina menggeliat kegelian dan membuat hidung dan bibirku menjalar ke ketiaknya yang halus bersih itu, setelah sebelumnya menelusuri lengannya yang lembut. Disitu kuciumi sepuas-puasnya dan kujilat-jilat seputar ketiaknya yang merupakan salah satu kesukaannyaa juga.
Kegeliannya membuat kepala Tina menengadah kebelakang sehingga buah dadanya siap dilumat dengan mulutku yang makin liar. Kujilati mulai dari bawah buah dadanya, terus kesamping dan berlama-lama di seputar putingnya yang makin mengeras. Tina yang nggak sabar, mendorong putingnya ke mulutku yang langsung kusambut dengan jilatan panjang, gigitan kecil dan kemotan-kemotan halus di putingnya. Tubuhnya makin menggelinjang ketika tanganku juga beraksi mengusap-usap selangkangannya yang ternyata sudah basah dari tadi.
“Aaggh..sudah dong, sudaah”, Erang Tina yang badannya mengejang sambil mendekap erat mukaku di buah dadanya sampai aku sulit bernafas, sementara jariku merasakan hangatnya cairan dari vaginanya.
Rupanya Tina baru saja mencapai klimaksnya dengan posisi kedua pahanya yang masih mengangkang dan masing-masing bertumpu pada sandaran tangan kursiku.
Tubuhnya lalu kuangkat dari kursi dan kurebahkan di meja bulat di depanku dengan posisi kedua kakinya, dari batas lutut menjuntai ke bawah, agar Tina bisa beristirahat sebentar mengembalikan tenaganya.
Sementara beristirahat, aku yang duduk kembali di kursi mengangkat kedua kakinya, melepas sepatu tingginya, dan menaruh di pangkuanku sambil kupijat lembut dari ujung kaki hingga betisnya. Kupandang sejenak kakinya yang bener-bener mulus bersih dengan jari-jari kakinya yang rapi dan tanpa kutek itu
serta betisnya yang ramping berisi. Tina menikmati sekali pijatanku, bahkan waktu kugantikan tugas tanganku dengan bibirku yang menelusuri seluruh permukaan kulit kakinya.
“Aawh..sshh,..geli sayang,” Rintihnya lagi namun tetap pasrah menyerahkan kakinya untuk kuciumi dan kujilati dari mulai tumit, telapak kaki hingga jari-jari kakinya.
Selain kumainkan lidahku, tak lupa kukemot satu persatu jari kakinya yang kutahu paling dia suka.
Tina menikmati sekali permainanku ini sampai posisi kedua kakinya jadi tak beraturan karena menahan geli dan nikmat. Walaupun kedua kakinya masih kuciumi, pahanya mulai terbuka sedikit, sehingga satu tanganku bisa bebas menjamah kemulusan paha dan selangkangannya. Puas dengan kakinya, kulanjutkan ciumanku ke atas menelusuri betisnya yang indah, bagian dalam lutut, dan pahanya. Sempat kukecup-kecup lembut kedua paha dalamnya sambil tanganku terus menjelajah ke vaginanya. Tina menggelinjang, tapi tanpa sadar malah memajukan duduknya ke pinggir meja dan kedua kakinya dikangkangkan ke masing-masing ujung meja, sehingga selangkangannya makin terbuka lebar membuatku makin bernafsu.
Tanpa tunggu lagi, kupindahkan mulutku ke vaginanya yang nampak basah, dan kedua tanganku menjamah buah dadanya di atas. Jilatan-jilatan dan isepan-isepanku di vagina inilah yang paling disukai Tina. Dari menyusuri bibir vaginanya, kuarahkan kemudian lidahku ke clitorisnya dan kumainkan dengan ujung lidahku hingga Tina mengerang hebat. Tak cuma itu, clitorisnya tak luput juga dari kuluman bibirku yang kubarengi dengan liukan lidahku yang makin liar.
“Mas, kencengin lidahnya mas”, Pinta Tina sambil tangannya tiba-tiba menekan kepalaku lebih dalam.
Aku tahu maksud Tina yang minta lidahku dikerasin seolah penis dan ditarik maju-mundur ke liang vaginanya. Tina meronta-ronta, apalagi ketika clitorisnya kujilat berulang-ulang lalu kujulurkan lebih dalam menembus liang vaginanya bersamaan dengan makin cepatnya gerakan maju-mundur pinngul Tina, dan.
Tanpa istirahat lagi, dengan cepat aku berdiri dari kursi lalu mengangkat kedua kakinya tinggi ke atas dan kutumpangkan masing-masing di pundakku, sehingga posisi penisku tepat berada di depan liang vaginanya yang persis berada di pinggir meja.
“Ooowh ..,” teriak Tina begitu penisku yang tegak keras bak meriam masuk lurus ke liang vaginanya.
Langsung kugerakkan maju-mundur pinggulku yang membuat Tina menjerit-jerit kecil karena menahan geli, setelah mencapai klimaks sebelumnya.
Pinggulnya diputar-putarkan mengimbagi gerakan penisku yang makin lama makin cepat bergerak maju-mundur. Tina makin pasrah waktu pergelangan kakinya kupegang dan kukangkangkan ke samping sambil terus menggenjot vaginanya. Baru sebentar Tina tak tahan, dan lebih memilih melingkarkan kakinya ke pinggangku sambil terus menggoyang-goyang pinggulnya.
Kesempatan ini kupergunakan dengan merapatkan badanku ke tubuhnya yang indah itu, dan dengan tak henti menggenjot vaginanya, bibir dan tanganku ikut bekerja. Tanganku meremas gundukan buah dadanya yang ranum, dan bibirku merajalela di wajah dan lehernya. Penisku menghujam makin cepat ke liang vaginanya.
Kedua tanganku kemudian menahan kedua tangannya dan bibirku kuturunkan ke putingnya untuk kujilat dan kukemot habis-habisn.
Sehingga ” Aaagghh..!!,” Teriak Tina dan aku hampir bersamaan. Kedua tubuh bugil kami sama-sama menegang.
Kedua kakinya kencang sekali menghimpit pinggangku, dan tangannya beralih menekan kepalaku ke buah
dadanya.
Kami sama-sama terdiam beberapa saat menikmati ledakan yang luar biasa. Keringat mengucur deras membasahi meja meeting itu walaupun AC terasa dingin. Kulepaskan tubuhku kemudian sambil memandangi tubuh Tina yang indah mulus itu terlentang di atas meja. Tampangnya yang sensual itu masih tersenyum kepuasan, dan membuatku gemas. Lalu aku mulai lagi menjelajahi seluruh lekuk liku tubuhnya dengan jilatan-jilatan nakal, Tina cuma bisa menggelinjang pasrah dan dengan manja berkata lagi, ” Coba deh kamu tiap hari ke kantorku.